Selasa, 28 Agustus 2012

Anniversary 1st Bekasi Reggae

Selamat Ulang Tahun Bekasi Reggae Community
Dan Manteman Bekasi Reggae
Semoga Makin Solid Dan Kompak Kebersamaannya

Jangan Pernah Membeda-bedakan Komunitas, Penikmat Dan Musisi Reggae Tanah Air

Kita Semua Sama Dan Gak Pernah Ada Perbedaan.
Kita Berdiri Untuk Membantu, Mensuport 
Dan Melestarikan Musik Reggae Di Tanah Air.
JAYA REGGAE INDONESIA

Tetap Pada Satu Tujuan Visi Dan Misi Reggae Indonesia
MEREGGAEKAN MASYARAKAT DAN MEMASYARAKATKAN REGGAE

Minggu, 12 Agustus 2012

BAKTI SOSIAL 
Berbagi Indahnya Ramadhan 
Bersama Komunitas Bekasi Reggae

Buka Puasa Bareng 
Dan Santunan Anak Yatim - Piatu 

Sekaligus Menyambut Hari Jadi 
Bekasi Reggae Community
Yang Pertama (1st)

12 Agustus 2012 
17.00 - Selesai 
at.Perum Permata Regensi 
Jln.Vitara 1 Blok.B1 No.21 
Tambun, Cibitung - Bekasi 






" Kecerian Saat Berbagi Di Bulan Yang Penuh Berkah "
Terimakasih Untuk Para Pen Donasi
Dan Warga Perum Permata Regensi
Yang Turut Berpartisifasi Di Acara Ini.
Semoga Amal Kebaikan Yang Kalian Berikan
Dicatat Serta Mendapatkan Pahala Yang Labih
Dan Diterima Oleh Allah SWT.
Amin Yarobal Alamin.

Bakti Sosial 2012


BAKTI SOSIAL 
Berbagi Indahnya Ramadhan 
Bersama Komunitas Bekasi Reggae

Buka Puasa Bareng 
Dan Santunan Anak Yatim - Piatu 
12 Agustus 2012 
17.00 - Selesai 
at.Perum Permata Regensi 
Jln.Vitara 1 Blok.B1 No.21 
Tambun, Cibitung - Bekasi 

Biaya Pendaftaran 
Rp.25.000/org - Sampai Tak Terhingga Bagi Relawan 

Info Pendaftaran 
Riyan : 085695262691 
Angga : 085659074033 
Wawan : 087879407797

Senin, 23 April 2012

Film Bob Marley Akan Rilis

Bagi penggemar musik beraliran reggae sepertinya tidak mungkin tak mengenal musisi legendaris Bob Marley. Semasa hidupnya, Marley merupakan sosok yang cukup berpengaruh, hingga sutradara Kevin Macdonald memutuskan untuk membuat film dokumenter tentangnya.

Dalam film berjudul 'Marley' itu, Kevin akan menyoroti masa muda Marley, puncak karier, hingga kematiannya. Sutradara 'The Last King of Scotland' itu pun berharap karyanya bisa mengobati kerinduan para penggemar sang musisi yang meninggal pada 18 Mei 1981 silam. 

Kevin berusaha menampilkan kisah seorang tokoh besar sejarah musik yang lewat lagu-lagunya menjangkau semua kalangan. Musik dan pesan yang disampaikan pelantun 'Redemption Song' itu telah melampaui berbagai budaya, bahasa dan kepercayaan.

Dibuat dengan dukungan dari keluarga Marley, film ini menampilkan rekaman langka, pertunjukan yang luar biasa dan wawancara dengan orang-orang yang mengenal Marley dengan sangat baik.







Marley tayang perdana di Festival Film Berlin 2012 yang kini tengah berlangsung, dan di acara SXSW, Amerika Utara. Film produksi Magnolia Pictures itu akan dirilis pada 20 April mendatang dan info film ini akan di rilis di Indonesia bulan Agustus.

(sumber : Info Reggae Indonesia)

Senin, 20 Februari 2012

Kehidupan Tepenk dan Steven Jam

Kalian pasti kenal dong dengan musisi Tepenk atau biasa di panggil Steven, yaitu vokalis dari Steven N coconut Trees atau Steven Jam ini.  Dan ketika masih di bangku sekolah dasar, ternyata Steven sudah mengenal musik Reggae. Hal itu didapat dari pamannya yang memang senang dengan musik Reggae. Hampir setiap pagi, pamannya selalu menikmati lagu-lagu Bob Marley dan secara tak langsung juga didengar oleh Tepenk, panggilan akrab Steven.

Kehidupan di masa kecil itulah yang menginspirasi Steven bermain musik Reggae hingga saat ini. Meski pada masa awal ia hadir di ranah permusikan Indonesia, penikmat musik di tanah air kebanyakan mengenalnya sebagai Steven Scope, vokalis Band yang bergenre punk alternatif. Waktu itu rambutnya gimbal lebat dan agak panjang. Gaya dan penampilan yang sama seperti saat Reggae Indonesia bertemu di kawasan Jakarta Barat untuk ngobrol-ngobrol.

Pria kelahiran Pekan baru, 3 januari 1975 ini mulai bermain musik saat ia masih duduk di bangku SMP. Steven sempat memainkan musik metal sampai ia duduk di bangku SMA . Karena memang di zaman itu, tepatnya di tahun 1992 musik jenis Thrash Metal sangat digandrungi oleh kaum muda. Bahkan bisa dibilang eksistensi dari musik tersebut mendominasi perhelatan musik di tanah air. ”Jadi emang dasarnya gue udah suka Reggae. Cuma waktu itu menjelang gue main band sudah smp. Terus menjelang ke SMA gue cari tandem Reggae, yang main Reggae itu susah banget. Terus pas gue lagi SMA itu kan lagi gila-gilanya trash metal”, Steven menegaskan.

Lajang yang memiliki nama asli Stevan Nugraha Kaligis ini baru menemukan tandem untuk bermain Reggae ketika menginjak dunia kampus. Namun tak lantas ia meninggalkan musik berjenis metal, suara distorsi sepertinya sudah kadung melekat dan sulit untuk ditinggalkan begitu saja. Sekadar catatan, Steven pernah berkuliah namun tidak sampai tamat di dua kampus berbeda.

Steven mengakui hanya dua sound yang paling disukainya di dunia ini, Reggae dan distortion. . Dua hal yang sebenarnya bertolak belakang, tetapi itulah Steven. Tipikal anak muda yang sepertinya memang senang bereksplorasi. Ia mengombinasi keduanya. Dan hasilnya adalah alternative punk, yang diusung sama-sama dalam sebuah band alternative yang dilabeli dengan nama Scope. Band yang mengawali debut Steven di belantika musik tanah air. Di setiap album Scope dipaksakan agar terdapat sound Reggae. Sehingga ia punya kesempatan untuk berkolaborasi. ”Gue punya 3 album sama Scope. Jadi punya kesempatan kolaborasi itu justru di Scope. Album yang ke-2 sama Tony Q Rastafara. Terus yang ke-3 sama Almarhum Imanez. Jadi setiap album itu ada satu lagu yang gue paksain untuk mainin Reggae”, demikian Steven menjelaskan album yang sudah dikeluarkan bersama Band Scope.

Selain Bob Marley, Steven punya orang-orang dari negeri sendiri yang cukup memberikan inspirasi pada dirinya dalam memainkan musik Reggae. Orang-orang tersebut adalah musisi Reggae yang pernah berkolaborasi bersamanya dalam membawakan lagu Reggae, Almarhum Imanez dan Tony Q Rastafara. Imanez menurutnya adalah sosok pemusik yang dapat mengombinasikan bagaimana Reggae dapat diterima di telinga orang-orang Indonesia. Menurut Steven, Almarhum Imanez dapat memainkan Reggae dengan gayanya. Sementara Tony Q Rastafara mengajarkannya banyak hal tentang bagaimana untuk dapat bertahan dan konsisten terus di jalurnya, khususnya musik Reggae. Steven memiliki kekaguman tersendiri terhadap Tony Q Rastafara yang hingga saat ini sudah hampir 22 tahun bermain Reggae dan masih tetap bertahan. Meskipun tidak terlalu melesak dibandingkan musik-musik yang sedang tren, menurut Steven, Tony Q Rastafara mampu “menularkan virus” musik Reggae di Indonesia. Menurut kesaksian Steven, jika dibandingkan dengan masa-masa dulu, saat ini musik Reggae sudah ada di hati para penggemarnya.

Sedangkan untuk pemusik mancanegara, selain menyukai Bob Marley, Steven juga suka Big Mountain dan Three Eleven (311). “Walaupun 311 tidak memainkan musik Reggae tapi beberapa lagunya cukup asyik untuk didengar”, demikian Steven menegaskan. Termasuk seperti Black Uhuru dan Freddie McGregor, ia juga menyukainya.

PEMANTIK REGGAE INDONESIA
Keinginan yang besar untuk membuat album Reggae sendiri ia wujudkan dengan merilis album solonya yang bertajuk The Other Side. Itulah yang menjadi album pertama Steven yang juga tidak terlepas dari campur tangan dingin Tony Q Rastafara, Ikon Musik Reggae di Indonesia, yang membantu dalam proses pembuatan album pertamanya.

Meski demikian Steven juga tidak terlepas dari persoalan pasar, di mana Reggae masih sangat sulit untuk menembus industri musik tanah air. Ia harus jungkir balik menawarkan albumnya ke label-label industri musik untuk mencoba menembus pasar dan melawan genre yang sedang populer di Indonesia. Menurutnya, saat itu industri musik Indonesia sangat underestimate, sehingga meremehkan keberadaan musik Reggae.

Dengan keluarnya album The Other Side, ternyata Steven mampu memutarbalikkan anggapan pasar industri musik di tanah air. Singel berbahasa Inggris sebagai hits andalan di album itu, Welcome To My Paradise, mampu menggebrak pasar industri musik di tanah air. Dengan sedikit merendah, Steven menyebut hal ini dengan pemantik bagi Musik Reggae di Indonesia.

BAND STEVEN & COCONUTTREEZ
Pertarungan yang keras tidak mematahkan semangatnya untuk terus bermain musik Reggae. Hingga akhirnya Steven bisa menelurkan album keduanya. Meski menurutnya band di mana tempat dia berkarya bisa dibilang ilegal karena tidak punya kontrak dengan perusahaan manapun. Kebersamaannya dengan personil Band Steven & Coconuttreez tidak dibangun di atas secarik kertas atau ikatan kontrak. Intensitas dalam keseharian bersama grupnya telah membentuk ikatan moral yang diyakininya lebih kuat dari kekuatan apapun. Steven menyebut hubungan itu dengan kata gentlemen agreement.

Album perdananya di tahun 2005, The Other Side ditegaskan Steven adalah sebagai sebuah album solo dengan nama Steven & Coconuttreezz. Kesepakatan untuk mengganti Steven & Coconuttrezz dari solo menjadi sebuah band justru baru diwujudkan pada tahun 2006. Di saat mengeluarkan album keduanya. Hingga kini Steven & Coconuttreez sudah memiliki tiga buah album. Sebagai album yang paling terakhir bertajuk Good Atmosphere.

Steven memastikan bahwa sampai saat ini Band Steven & Coconuttreez masih ada. Hanya saja sedang break untuk sementara waktu. ”Sedang refresh”, begitu Steven menggambarkan. Beberapa personilnya sedang mencoba untuk membuat solo album. Ketika ditanyakan kapan Steven & Coconuttreez akan kembali, Steven menerangkan ”Belum tau kapan kumpul lagi. Waktunya refresh itu kan biasa dalam berkesenian. Refresh itu sangat tergantung pada mood, masing-masing tunggu mood-nya pas. Dan menurut feeling gue, pasti ada kangennya. Saat rasa kangen itu datang, kan enak tuh! Kalaupun dipaksakan, misalnya tahun depan, iya kalau mood-nya sudah bagus. Kalau belum bagus, juga gak bakalan menghasilkan apa-apa”.

Reggae sebagai musik yang awalnya dianggap bagian dari dunia kelam dan minoritas, bahkan major label memandang remeh karena dianggap tidak membawa keuntungan finansial, tiba-tiba terbang ke udara dan menciptakan suasana pertemanan. Musik ini juga menyampaikan cukup kritik, bercerita sesuatu yang berada di sekitar dunia sosial kita dengan cukup santun dan mudah didengarkan. Semua orang bisa berdendang dan ikut berdansa.

Seketika pikiran kebanyakan orang menjadi terbuka, setidaknya membuka mata dan lebih jauh merasakan kedahsyatan musik yang terlahir dari Negara Jamaika ini. Reggae meng-influence di kehidupan masyarakat Indonesia. Walaupun tidak menciptakan ledakan namun banyak sudah yang merasakan, adanya daya tersendiri dari musik Reggae dan komunitas yang menjadi bagiannya.
Steven yakin semua terjadi memang karena sudah ada kerja-kerja dan karya yang dilakukan orang di waktu-waktu sebelumnya. Itu sebab kenapa ia menolak disebut sebagai pelopor Reggae di Indonesia.

Secara jujur Steven mengakui, bahwa ia tidak menginginkan adanya ledakan yang sangat dahsyat dalam musik Reggae di Indonesia. Kecenderungan tren musik di Indonesia diilustrasikan Steven seperti bunyi ledakan yang mudah hilang. Menurutnya Indonesia memiliki standar tren musik yang mudah berubah-ubah. Ketika Indonesia sedang dilanda musik indie, maka para musisi dan penggemar musik di Indonesia akan menggandrungi indie. Tapi begitu trennya berganti haluan menjadi pop, sedikit demi sedikit kebanyakan dari mereka akan menepi ke pop. ”Sekarang trennya mungkin agak lama, terus yang seragam sekarang ini sedang mengekspos cinta-cintaan”, begitu Steven menjelaskan.

Sedangkan dalam musik Reggae di Indonesia hal itu tidak akan terjadi. Steven menegaskan, ”Reggae setidaknya memiliki line tersendiri”. Karena Reggae di Indonesia kuat pada tataran komunitas. Komunitas yang fanatik dalam musik Reggae tidak akan terpengaruh terhadap kecenderungan tren yang ada.

Bob Marley dipastikan tetap mengispirasi dalam setiap album yang digarap Steven, namun bukan berarti hal itu menjadikan ia sebagai Marley centris. Menurut Steven, kebanyakan namun bukan suatu kesalahan, banyak band Reggae baru di Indonesia yang terlalu Marley centris. ”Mau jadi Bob Marley? ngedeketin (menyamakan-RI) aja susah. Sekarang mereka memang bisa mirip Marley pada akhirnya, kasarnya seperti mukjizat. Tapi kan orang mendingan dengar Bob Marley. Mereka cuma mirip doang, mending mereka dengar aslinya (Bob Marley-RI)”, begitu Steven menceritakan.

Steven mengharapkan band-band Reggae Indonesia yang ada sekarang ini untuk bermain lebih jujur, untuk mengeluarkan semua yang dimiliki. Sehingga akan dihasilkan musik yang lebih orisinil. Kalaupun dianggap tidak orisinil dalam genrenya, setidaknya orisinil dalam style-nya.

Pria yang pernah mengamen di kawasan Bulungan, Jakarta selama 2 tahun ini menjelaskan bahwa ia mengadaptasi Bob Marley hanya sebatas pada spirit dan proses bermusiknya, dalam hal musikalitas belaka. Tapi kalau bicara masalah kepercayaan, ia tidak mengikuti apa yang telah Bob Marley lakukan, yaitu mengikuti Ajaran Rastafarian. Dikarenakan ia akan tetap memeluk agama yang sudah dianutnya sejak lahir. Dengan tegas ia mengatakan, ”Bagi gue, Marley bukan nabi”.

Steven menjelaskan bahwa dalam keseharian, kultur, dan jaman sekarang ini sudah berbeda dengan apa yang dialami Bob Marley saat ia bermain musik. ”Jamannya Reggae, jamannya Bob Marley itu lagi revolusi. Sedangkan gue, kasarnya jamannya lagi survive. Jamannya sudah beda. Itu akhirnya berpengaruh ke lirik-lirik yang gue bikin”, Steven menambahkan.

ALBUM STEVEN JAM
Ia menegaskan bahwa nuansa musikalitas dalam Steven Jam akan terdengar berbeda dengan apa yang sudah ada dalam band terdahulunya, Steven & Coconuttreez. Dalam album terbarunya, Feel The Vibration, Masyarakat Reggae Indonesia akan mendengarkan campuran dua sound yang berbeda, distorsi dan Reggae. Ditambah pola-pola brass section yang akan banyak diperdengarkan dalam album Steven Jam. Kebanyakan lriik dalam album ini lebih ke arah sosial sehingga akan dikurangi pada porsi politik. Karena menurutnya sudah ada Iwan fals dan Slank yang mewakili itu.

Ketidaktertarikan Steven mengeksplorasi lirik-lirik politik disebabkan anggapan bahwa sudah banyak ”orang pintar” yang berbicara mengenai politik. ”Maraknya demo di jalan yang jelas-jelas bernuansa politik saja tidak didengar, apalagi gue. Gue mungkin perlu proses untuk itu. Orang yang dengar Reggae kan sedikit, apa mungkin Reggae juga akan didengar oleh mereka yang sudah duduk di kursi yang enak?”, begitu Steven berpendapat.

Steven ingin Reggae di Indonesia tidak menjadi kotak, kelihatan seperti terdapat ruh. Masih menurutnya, sebaiknya Reggae itu bisa dikombinasikan dengan sound dan genre musik-musik yang lain biar tidak monoton.
Dalam Steven Jam, mayoritas dipastikan akan diperkuat oleh addtional player. Di samping itu Steven juga tetap menggandeng Teguh (Tege Dreads-RI), teman lamanya dalam Band Steven & Coconuttreez.

Untuk album ini rencananya akan ada sebelas lagu yang tentunya dipilh paling asyik dan enak didengar bagi para pecinta musik Reggae. Padahal Steven sendiri mengaku telah membuat 28 lagu baru, ”Hitung-hitung untuk stok mendatang”, begitu katanya.

Dipastikan album ini akan berbeda dengan lagu-lagu sebelumnya. Karena ia ingin sekali punya warna sendiri, atau istilahnya ia katakan dengan sebutan Steven Area. Lirik dan aransemen dikerjakan sendiri, termasuk produser tambah operator disikat semuanya. Bahkan beberapa instrumen juga dimainkannya sendiri. Ia menyebutnya dengan kata ”monopoli” dalam penggarapan albumnya kali ini.

PEMBAJAKAN DAN RBT: DILEMA!
Dalam perbincangannya dengan Reggae Indonesia terkait maraknya praktek pembajakan, Steven sangat berharap karya yg ia hasilkan di dalam album terbaru ini terhindar dari pembajakan, walaupun kita semua bisa meyakini bahwa praktek pembajakan di tanah air sulit untuk diberantas.

Karena ia memiliki pengalaman tersendiri dengan benalu dalam karya musik di Indonesia ini. Pada saat album pertamanya baru dirilis dalam bentuk kaset, ternyata compact disc versi bajakannya sudah beredar luas di pasaran. Tidak hanya Steven, tapi seluruh musisi di belahan dunia manapun pasti akan geram menghadapi kenyataan ini. Menurut pengakuannya, saat penggarapan album The Other Side tersebut ia sempat mengalami demam dan menurutnya pengerjaan album itu lebih capek daripada orang bermain bola selama 6 tahun. Namun ia mencoba untuk berbesar hati dan mengedepankan pemikiran yang positif, bahwa hal itu bisa digunakan untuk promosi terselubung.

Di sisi lain, Ring Back Tone (RBT) pada akhirnya menjadi dilema bagi Steven sebagai pemusik. RBT sekarang ini memang sudah menjadi lifestyle. Memang RBT tidak bisa dibajak. Tapi kalau didengarkan hanya sepenggal saja, orang tidak akan bisa menikmati musiknya secara keseluruhan. Ibarat dua kutub magnet yang berbeda, finansial dan musikalitas sekali lagi menjadi acuan tersendiri bagi industri musik di Indonesia. Ironisnya, masyarakat kini lebih suka membeli RBT daripada kaset atau CD-nya.

Mari rasakan bersama getaran yang baru dari Steven Jam. Biar lebih asyik dan asli getarannya serta tidak merasakan hanya sepotong, Masyarakat Reggae Indonesia disarankan untuk tidak hanya membeli RBT-nya tapi juga membeli kaset atau CD aslinya. Masyarakatkan Reggae Indonesia dan Reggaekan Masyarakat Indonesia. Feel The Vibration!



Sumber

Tabloid Reggae Indonesia

Senin, 06 Februari 2012

Happy Anniversary 67th Bob Marley

Happy Anniversary 67th
Legenda & Raja Musik Reggae Sepanjang Masa.
"Robert Nesta" BOB MARLEY

Robert Nesta Atau Yang Lebih Di Kenal Dengan Panggilan "Bob Marley"
lahir di Nine Mile, Saint Ann, Jamaika, 6 Februari 1945 – Perjalanan Hidupnya Berakhir Di Miami, Florida, Amerika Serikat, 11 Mei 1981 Pada Umur 36 Tahun
Adalah Seorang Penyanyi, Pencipta Lagu, Dan Musisi Reggae Berkebangsaan Jamaika.
Bob Marley Sampai Saat Ini Dikenal Di Seluruh Dunia Sebagai Musisi Reggae Yang Paling Tersohor Dalam Dunia Musik Reggae.
Dia Diakui Perannya Dalam Memopulerkan Dan Menyebarkan Musik Jamaika Dan Gerakan Rastafari Ke Seluruh Dunia.


Semoga Kau Tetap Menjadi Seorang Motifator, Inspirasi, Panutan Dan Kiblat
Untuk Para Musisi Dan Manteman Komonitas, Pecinta Musik Reggae Penerusmu Di Dunia Ini,
Meski Kau Telah Tiada. Tetapi Kami Selalu Berfikir Dan Beranggapan Bahwa Kau ada, Dan Selalu Hidup Untuk Kami.

Selamat Jalan Sang Legenda
Selamat Jalan Sang Raja Musik Reggae Sepanjang Masa
Semoga Kau Tenang Dan Bahagia Di Pangkuan Tuhan,
Kau Akan Selalu Ada Dan Hidup Untuk Kami.

I Love You Bob Marley

Jumat, 27 Januari 2012

Ikon Reggae Indonesia "Tony Q Rastafara" 23 tahun bertahan dan berjuang

Tony Waluyo Sukmoasih (populer dengan nama Tony Q atau Tony Q Rastafara; lahir di Semarang, Jawa Tengah, 27 April 1961; umur 50 tahun) adalah seorang penyanyi Indonesia beraliran reggae yang telah aktif di ragam tersebut sejak tahun 1989. Dia bersama grup musiknya Rastafara memopulerkan istilah "rambut gimbal" (gaya rambut dreadlock) di Indonesia lewat lagu dengan judul yang sama pada tahun 1996. Tony Q telah menjadi ikon musik reggae Indonesia. Dia dianggap sebagai pelopor reggae di Indonesia, karena dia tak hanya berkecimpung di ragam tersebut sejak lama, namun juga mengembangkan karakter musik reggaenya sendiri, dimana dia memasukkan banyak unsur tradisional Indonesia ke musiknya, dan mengangkat tema-tema khas Indonesia dalam musiknya. 
Kehidupan pribadi
Tony Q adalah seorang lulusan STM Perkapalan di Semarang. Sebelum terjun ke dunia musik, pada tahun 1980 Tony Q pernah bekerja selama enam bulan di bagian quality control (pengendalian mutu) di sebuah pabrik pengalengan milik perusahaan Singapura di Cakung, Jakarta Timur. Namun kemudian dia meninggalkan pekerjaan tersebut dan memilih untuk menjadi pengamen di jalanan dan seorang musisi, menghadapi tentangan keras keluarganya. Dia sempat menjadi pengamen selama lima sampai enam tahun di daerah Blok M, Jakarta. [2]
Karier musik

Menurut wawancara dengan Tony Q di Radio Nederland Wereldomroep, sebelum terjun di musik reggae, dia pernah memainkan blues, rock, bahkan musik country. Tahun 1989 dia akhirnya memilih menekuni musik reggae yang menurutnya tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat. Tony Q mengaku sangat mengidolakan Bob Marley, almarhum musisi reggae kenamaan asal Jamaika.
Bersama Rastafara
Tony Q memulai karier musik reggaenya sejak tahun 1989 dengan grup musik Roots Rock Reggae. Biasa manggung dari kafe ke kafe atau acara pentas musik yang ada di Jakarta. Setelah tergabung dengan banyak band reggae seperti Exodus dan Rastaman, akhirnya pada tahun 1994 dia membentuk grup musik Rastafara yang menjadi cukup terkenal sebagai pengusung aliran musik reggae di Indonesia saat itu. Bersama Rastafara dia sempat merilis dua album, yaitu "Rambut Gimbal" (1996) dan "Gue Falling In Love" (1997).
Hampir semua lagu dalam album tersebut diciptakan Tony Q, dengan lirik lagu yang banyak bertema sosial, kemanusiaan, cinta, dan kehidupan masyarakat sehari-hari. Salah satu lagunya yang populer adalah "Rambut Gimbal", sebuah istilah untuk gaya rambut dreadlock yang kerap digunakan oleh pengikut Gerakan Rastafari, yang kemudian secara tidak langsung dijadikan istilah dalam bahasa Indonesia yang menjadi populer karena lagu tersebut.
Rastafara saat itu dinilai berbeda dengan grup musik reggae lainnya karena mereka berhasil memasukan dan memadukan unsur-unsur musik dan instrumen tradisional khas Indonesia ke dalam musiknya sehingga terbentuklah musik reggae ala Indonesia yang bisa terlepas dari bayang-bayang musik reggae negara lain seperti Bob Marley, UB40 atau Jimmy Cliff. Penggunaan alat-alat musik tradisional seperti Kendang Sunda atau Gamelan Jawa ikut menambah warna musik dalam lagu-lagu Rastafara. Dan pada aransemen musiknya sepintas juga terlihat unsur-unsur musik Melayu, musik khas daerah Sumatera Utara, atau Sumatera Barat.
Pada tahun 1997 Rastafara memutuskan untuk vakum dalam musik karena kurangnya pasar musik reggae di Indonesia. Tony Q kemudian melanjutkan kariernya dengan membentuk band baru dengan tetap membawa nama Rastafara. Tahun 1998 terbentuklah Tony Q & New Rastafara, dengan format band mendapat pemain tambahan. Tetapi kemudian tahun 2000 Tony Q memutuskan untuk memulai karier solo dengan tetap membawa nama grup musik yang telah membuatnya dikenal oleh para penggemarnya, yaitu Tony Q Rastafara.
Karier musik solo
Tahun 2000 Tony Q yang sekarang dikenal dengan nama Tony Q Rastafara berhasil merilis album solonya yang pertama, "Damai Dengan Cinta" tanpa dinaungi perusahaan rekaman. Pada album solo pertamanya ini Tony Q mulai mengalami puncak kariernya dalam musik reggae. Setelah mendengar album pertamanya tersebut, seorang profesor di bidang musik dari Kanada memberikan Tony Q referensi untuk mengirimkan demo untuk ikut dalam ajang Bob Marley Festival di Amerika Serikat. Pihak penyelenggara festival tersebut menyukai lagu-lagu yang ada di demo tersebut dan kemudian mengundang Tony Q untuk tampil diacara yang sama pada tahun 2002. Namun keberangkatan Tony Q beserta rombongannya ke festival tersebut terpaksa batal karena mereka tidak mendapat izin visa dari Kedutaan Amerika dikarenakan alasan keamanan terkait terjadinya "Peristiwa 9/11" di Amerika Serikat yang terjadi berdekatan dengan rencana keberangkatan Tony Q.
Tahun 2003 Tony Q Rastafara merilis album solonya yang kedua berjudul "Kronologi". Lagu dalam album tersebut merupakan kumpulan dari beberapa lagu dari album-album Tony Q sebelumnya dan juga beberapa lagu yang belum sempat dirilis. Tahun 2005 Tony Q merilis album "Salam Damai". Dalam album ini Tony Q mencoba menggabungkan musik reggae dengan unsur instrumen tradisional Indonesia. Dalam album tersebut terdapat lagu dengan lirik bahasa Sunda ("Paris Van Java") dan Jawa ("Ngajogjakarta") yang semakin menambah kental unsur tradisional Indonesia dalam musik reggae.
Pada tahun 2005 lagu "Pat Gulipat" dari album solo pertamanya "Damai Dengan Cinta", masuk ke dalam album kompilasi musik "Reggae Playground" yang dirilis bulan Februari 2006 di bawah perusahaan rekaman Putumayo World Music, sebuah label rekaman yang berbasis di New York, AS.
Tahun 2009 Tony Q merilis album "Presiden" dalam rangka maraknya Pemilu 2009 di Indonesia. Menurut Tony Q, album ini dirilis untuk memberikan wacana ke masyarakat penggemar musik reggae supaya tahu bagaimana menyikapi kondisi politik saat itu. Musik dalam album ini kembali menghadirkan unsur tradisional Indonesia seperti kendang Sunda, gamelan, sitar Jawa, tamburin, bahkan trompet reog.
Prestasi
Headliners “Bob Marley Festival”. Houston TX, Amerika Serikat (2002)
Invitation “Legend of Rasta Reggae Festival”. Houston TX, Amerika Serikat (2003-2005)
Putumayo World Music Album Compilation, “Reggae Playground” – single “Pat Gulipat” (2006).


Pada tahun 2005 lagu "Pat Gulipat" dari album solo pertamanya "Damai Dengan Cinta", masuk ke dalam album kompilasi musik "Reggae Playground" yang dirilis bulan Februari 2006 di bawah perusahaan rekaman Putumayo World Music, sebuah label rekaman yang berbasis di New York, AS.


Sumber :
http://www.seruu.com/

Peter Tosh Sang Legenda Dewa Gitar dari Jamaika

Keinginannya untuk mendalami seni musik terus berkembang, hingga ia bertemu dengan dua orang teman kecilnya (Bob Marley dan Bunny Livingston) dan kemudian mulai belajar bernyanyi dan gitar bersama pada Joe Higgs yang merupakan salah seorang musisi yang cukup terpandang pada saat itu di kota Trenchtown, Jamaika. Keinginannya ini tidak menghentikan langkahnya untuk menjadi salah satu gitaris paling mahir diseluruh pulau Jamaika.


Peter Tosh yang terlahir dengan nama Winston Hubert McIntosh, pada 19 Oktober 1944. Merupakan salah seorang musisi Reggae Jamaika dan ia juga merupakan salah satu pendiri dari band The Teenagers yang kemudian menjadi The Wailing Rudeboys, kemudian The Wailing Wailers dan kemudian menjadi The Wailers. Ia terlahir di Petersfield Jamaika, sejak kecil Winston dibesarkan oleh bibinya dengan bakat musik yang besar. Ketertarikannya terhadap musik dimulai dari mendengarkan lagu-lagu yang sering didengarnya dari beberapa stasiun radio Amerika, salah satunya New Orleans yang sering sekali mereka dengarkan. Stasiun radio tersebut menyiarkan lagu-lagu terbaru dengan artis seperti Ray Charles, Fats Domino, Curtis Mayfield dan Brook Benton dan juga sangat memperhatikan salah satu kelompok vokal kulit hitam seperti Drifters yang pada saat itu sangat populer di Jamaika.

Ketika kemudian ditanya apakah ia ingat pertama kali ia belajar bermain gitar, instrumen yang kemudian membuatnya menjadi terkenal, Tosh mengatakan,"Aku hanya satu kali melihat ibuku bermain gitar dan ia memainkan gitarnya dengan baik, itu membuat saya begitu tertarik dengan alat musik gitar”. “Saat itu saya bisa terduduk di depannya selama sekitar setengah hari, walaupun ia hanya memainkan satu buah lagu”. “Dalam setengah hari itu, dia telah menghipnotis saya”. “Hingga mata saya tidak berkedip dengan segala yang telah dilakukan dengan jari-jarinya, aku langsung mengambil gitar dan memainkan lagu yang baru saja ia mainkan”. “Dan ketika itu aku memintanya untuk mengajarkan aku, itu pertama dan terakhir yang bisa aku ceritakan tentang dia" (Stepping Razor, hal 143). (A.H Khalidi)
Pada tahun 1956, Winston dan bibinya pindah ke Denham Kota di Kingston, ibukota Jamaika. Ketika Winston berusia  15 tahun bibinya meninggal. Ia pindah dengan pamannya di West Road di  Kota Trench Town. Bersamaan dengan perkembangan di masa kecilnya, Winston yang akhirnya dipanggil Peter Tosh terus mengembangkan keahlian musiknya bersama dua temannya. Trio musisi muda ini sering memainkan musik bersama di sudut jalan di seputar perkampungan kumuh lingkungan tempat tinggalnya  Kota Trenchtown di Jamaika.

Setelah berganti-ganti nama band kemudian terbentuklah The Wailing Wailers, dengan bantuan Joe Higgs yang merupakan pengajar atau guru musik mereka untuk menyelaraskan vokal dan juga aransemen musik. Sepanjang tahun 1962, ia membantu mengharmoniskan The Wailing Wailers. Peter Tosh, Bob Marley dan Bunny Livingston, dengan bantuan Junior Braithwaite serta penyanyi latar Beverley Kelso dan Cherry Smith. Dengan irama musik Mento, Ska dan dipadukan dengan Rocksteady, para rude boy ini meraih sukses besar dengan lagu single pertama mereka yang berjudul Simmer Down juga beberapa single lainnya. Sebelum Braithwaite, Kelso dan Smith meninggalkan band tersebut di akhir tahun 1965.

Setelah The Wailing Wailers vacuum, Tosh meneruskan karir bermusiknya dengan ikut nge-jam di beberapa band. Misalnya Toots and Maytals, The Soul Survivors, Soul Syndicate, The Mighty Viking, Skatalities dan lainnya. Dalam pengembaraannya akhirnya ia bergabung dengan penghayat Ras Tafaria dan masuk ke dunia spiritual. Ketika Bob Marley kembali ke Jamaika di awal 1967 dari Amerika, Tosh, Bunny dan Rita Marley istri Bob mengajak Marley ikut menjadi penghayat Ras Tafaria. Tak lama kemudian mereka mengganti nama band, dari  The Wailing Wailers menjadi The Wailers, dengan ketertarikan dalam musik dan spiritualitas yang baru.
 Ketika Bob Marley kembali ke Jamaika di awal 1967 dari Amerika, Tosh, Bunny dan Rita Marley istri Bob mengajak Marley ikut menjadi penghayat Ras Tafaria. Tak lama kemudian mereka mengganti nama band, dari  The Wailing Wailers menjadi The Wailers, dengan ketertarikan dalam musik dan spiritualitas yang baru. Tosh menjelaskan kemudian, bahwa mereka memilih nama The Wailers dengan makna meratap yang berarti band ini dibentuk untuk menyampaikan duka, seperti yang ia katakan, "Mengungkapkan perasaan kami tentang kondisi Jamaika dengan lebih vokal". Lalu mengubah tempo musik mereka dari Mento, Rude Boy, Ska, Rocksteady yang cepat, menjadi diperlambat dengan sebutan Reggae. The Wailers memulainya dengan lirik-lirik lagu yang sarat dengan pesan-pesan perjuangan, pujian, jeritan kaum tertindas dan penderitaan buruh paksa, permasalahan sosial dan politik, humanistik, universal, pesan damai dan cinta dan harapan kembali ke Afrika.

The Wailers juga sempat merekam beberapa lagu dari penyanyi kelahiran Amerika Johnny Nash sebelum bekerja sama dengan produser Lee Perry, beberapa lagu yang cukup terkenal di antaranya. Bersama Aston "Family Man" Barrett dan Carlton Barret atau yang biasa dikenal dengan The Barret Brothers yang ikut bergabung dengan The Wailers. Band ini menandatangani kontrak rekaman dengan Chris Blackwell, Island Records dan merilis debut single mereka Catch a Fire yang berasal dari kata Catch Hell di awal 1972. Lalu pada 13 April 1973, Catch a Fire keluar dalam bentuk album yang beirisi sembilan buah lagu, direkam pada Island Records mereka langsung meraih kesuksesan pada album perdananya. Dalam album ini Peter Tosh menjadi vokal utama dalam beberapa lagu, Stop That Train dan 400 Years. Pada tahun yang sama dirilis pula album kedua mereka Burnin’, yang berisi 10 lagu. Dalam album ini Tosh mengisi vokalnya pada lagu Get Up Stand Up dan One Foundation. Namun saat akan tur album kedua mereka ke Amerika, Bunny memutuskan untuk tidak ikut serta dan mengambil keputusan untuk mengundurkan diri dari The Wailers. Untuk sementara posisinya digantikan oleh guru mereka Joe Higgs. Selanjutnya Tosh pun mengikuti jejak langkah Bunny, setelah pulang dari tur bersama The Wailers ia pun mengundurkan diri. Trio rude boy akhirnya memilih jalannya masing-masing

Sumber :
http://www.seruu.com/

Tugu Tani dan Istana Merdeka Jadi Lokasi Tahlil Massal dan Tabur Bunga untuk Korban Xenia Maut

Jakarta, Pasca insiden kecelakaan maut di Jalan Ridwan Rais, dekat Tugu Tani, Jakarta Pusat, Minggu (22/01). Warga Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, dan keluarga korban kecelakaan maut, berencana akan mengadakan tahlil massal dan tabur bunga.
Ini dilaksanakan guna mengenang sekaligus mendoakan kepada para korban yang meninggal dunia akibat di seruduk mobil Xenia maut. Para warga yang ikut prihatin dengan kejadian ini, berinisiatif untuk menggelar malam tujuh hari pasca kejadian naas tersebut.

Tahlil Massal dan tabur bunga ini akan dilaksanakan pada hari Minggu (29/01), dengan rute dimulai dari Tanah Tinggi, Istana Merdeka, Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN), dan kembali ke Tugu Tani. Aksi tersebut akan diakhiri dengan tabur bunga di halte bus Tugu Tani.


Sumber :
http://www.seruu.com/

Jessica Cox 25 Tahun, Seorang Pilot Yang Tidak Mempunyai Lengan

Amazing and wonderful story
Oxford and Cambridge have now decided to remove the words CAN'T and IMPOSSIBLE from their dictionary.
Jessica Cox, 25, a girl born without arms, stands inside an aircraft. The girl from Tucson , Arizona got the Sport Pilot certificate lately and became the first pilot licensed to fly using only her feet.  Jessica Cox of Tucson was born without arms, but that has only stopped her from doing one thing: using the word "can't."
Her latest flight into the seemingly impossible is becoming the first pilot licensed to fly using only her feet.
With one foot manning the controls and the other delicately guiding the steering column, Cox, 25, soared to achieve a Sport Pilot certificate Her certificate qualifies her to fly a light-sport aircraft to altitudes of 10,000 feet.
"She's a good pilot. She's rock solid," said Parrish Traweek, 42, the flying instructor at San Manuel's Ray Blair Airport .    Parrish Traweek runs PC Aircraft Maintenance and Flight Services and has trained many pilots, some of whom didn't come close to Cox's abilities.
"When she came up here driving a car," Traweek recalled, "I knew she'd have no problem flying a plane."
        
Doctors never learned why she was born without arms, but she figured out early on that she didn't want to use prosthetic devices.    So, the next time you are ready to tell yourself, "I can't possibly..." remember this amazing young woman and change your vocabulary. 


Sumber :
http://www.truthorfiction.com/

Terjemahkan Ini :
http://translate.google.co.id/

Selasa, 24 Januari 2012

Waduh, Setiap Konser Katy Perry Cium Cowok

Konser Katy Perry di Sentul International Convention Center (SICC), Kamis (19/1/2012) lalu sempat menjadi perbincangan hangat karena aksinya mencium seorang pria bernama Adry. Sontak saja, kabar itu pun langsung beredar di sejumlah media lokal hingga internasional.
Ternyata, aksi Katy mencium penonton itu tak hanya dilakukan di Indonesia saja. Saat menggelar konser di Filipina, Ia pun memilih seorang cowok bernama Ivan Dorschner dan menciumnya sebelum menyanyikan lagu' I Kissed A Girl', seperti dikutip dari harian Philippine Star, Selasa (24/01).

Saat konser "California Dreams Tour" di Brazil, Katy juga pencium seorang penonton bernama Julio Beija. Di Indiana, Katy juga mencium seseorang bernama Jon Fisher.

Sederet nama tersebut hanyalah diambil dari beberapa tempat konsernya saja, sedangkan di beberapa negara dan kota lainnya ternyata juga seperti itu. Hal unik lainnya adalah Katy selalu menggunakan cara dan busana yang sama di berbagai tempat.

Namun, Perry, yang baru mengumumkan berpisah dari suaminya Russell Brand akhir Desember kemarin, tak mau ciuman di panggung itu diartikan macam-macam.

“Omong-omong, aku mencium seorang pria. Yang kupilih secara acak di antara penonton. Kucium pipinya. Itu menjadi bagian dari pertunjukkan di 125 konser saya.” Ucap Katy di akun Twitternya.


Sumber :
http://www.seruu.com/

Kisah Hidup Bob Marley Segera Difilmkan

Film tentang bintang reggae Bob Marley akan diputar di Festival Film Internasional Berlin pada Februari nanti. Kantor berita Prensa Latina pada Senin (23/1) menyebutkan film tersebut adalah yang pertama berkisah tentang kisah hidup serta warisan dari musisi yang terkenal dengan rambut gimbalnya itu.
Film dokumenter "Marley" digarap sutradara Kevin MacDonald. Menurut majalah online United Reggae, MacDonald dipercaya dan diberikan wewenang oleh keluarga Marley untuk mengakses informasi sebanyak-banyaknya untuk pembuatan film. MacDonald juga akan mengunjungi negara yang pernah dijajaki Marley seperti Uganda, Kenya, India, dan Jepang.

Kunjungan ke beberapa negara itu bertujuan memberikan gambaran tentang dampak global dari pekerjaan yang Marley lakukan semasa hidupnya. MacDonald sendiri mengaku tertarik mengekspos kehidupan filosofi musisi reggae yang meninggal pada usia 36. Pasalnya setelah meninggal, dampak yang ditimbulkan Marley masih berasa.

Marley memiliki nama lengkap Robert Nesta Marley lahir pada 6 Februari 1945 di Jamaika Utara. Ia anak dari pasangan pria berkulit putih asal Inggris dan wanita berkulit hitam asal Jamaika. Dia pindah ke Kingston, dimana mulai membuat musik dengan Bunny Wailer dan Peter Tosh. Ia selanjutnya memmbentuk grup The Wailers Ratapan. 


Sumber :
http://www.seruu.com/

Senin, 23 Januari 2012

Kesempatan Berkarir Menjadi KADET PENERBANGAN

Info Pekerjaan :

Kesempatan Berkarir Buat Manteman Reggaeman Yang Mau Jadi Pilot.

Kesempatan Berkarir Menjadi KADET PENERBANGAN
Lion Air Dan Wings Air Mencari Calon Penerbang Untuk Dilatih Di Wings Flyings School
Biaya Ditanggung (GRATIS).


Dengan Persyaratan :
-Pria
-Warga Negara Indonesia
-Usia Min 18th Dan Max 23th Belum Menikah
-Lulusan SMA IPA Dan SMK (Penerbangan , Listrik , Mesin)
-Nilai Ijazah Min 7 Untuk Mata Pelajaran Matematika Dan Fisika 
 Dan 8 Untuk Mata Pelajaran Bahasa Inggris Dan / Atau Rata-rata 
 Nilai Rapor Kelas X-XII Min 7 Untuk Mata Pelajaran Matematika 
 Dan Fisika Dan 8 Untuk Mata Pelajaran Bahasa Inggris.
-Tinggi Badan Min 165cm Dengan Berat Badan Profesional


Info Lebih Lanjut :
E-mail : recruitment@lionair.co.id
Website : http://www.lionair.co.id


Sumber
http://www.lionair.co.id/

Jumat, 13 Januari 2012

Tentang Bekasi Reggae Community

Awal Mula Berdirinya Bekasi Reggae Community
Since 15 Agustus 2011
Yang Awalnya Diberi Nama  
Bekasi Reggae Facebook
Di Buat Di Sebuah Group & Fan Page Facebook Oleh :
Wawan ( Doel )
Angga ( Lawe )
Riyan ( Bhatoks )

Yang Bertujuan Untuk Menggumpulkan Teman-teman Sesama Pecinta & Komonitas Musik Reggae Di Indonesia Terutama Di Kota Bekasi,
Untuk Menjaga, Menjalin Talisilahturahmi & Kekeluargaan Sesama Pecinta & Komunitas Musik Reggae Di Indonesia.
Hingga Sekarang Dibuat Blogger Yang Diberi Nama  
Bekasi Reggae Community,
Dengan Tujuan Yang Masih Sama Seperti Group & Fan Page
Bekasi Reggae Facebook.

Dan Kami Ber Tiga (3) Pun Sepakat Untuk Membantu Teman-Teman Dari Musisi Reggae Yang Ingin
Mempromosikan Band Mereka Melalui Jejaring Sosial Dari Group, Fan Page Facebook Dan Twitter Maupun Blogg BRC Dengan Menampilkan Profile Band Serta Link, Web site Band Mereka.


Karena Kami Mempunyai Tujuan Yang Sama Seperti Teman-teman Pecinta Dan Komonitas Reggae Indonesia Ingin Membantu Teman-teman Musisi Reggae Untuk Mewariskan Musik Reggae Dan Menebarkan Virus-virus Reggae Kepada Masyarakat Indonesia Untuk Memperkenalkan Musik Reggae Indonesia Terutama Bekasi.
One love One heart.

Base Camp Bekasi Reggae Community :
Perum Permata Reggaensi Tambun - Bekasi
CP :
Wawan ( Doel ) :
Angga ( Lawe ) :
Riyan ( Bhatoks ) :