Jumat, 27 Januari 2012

Ikon Reggae Indonesia "Tony Q Rastafara" 23 tahun bertahan dan berjuang

Tony Waluyo Sukmoasih (populer dengan nama Tony Q atau Tony Q Rastafara; lahir di Semarang, Jawa Tengah, 27 April 1961; umur 50 tahun) adalah seorang penyanyi Indonesia beraliran reggae yang telah aktif di ragam tersebut sejak tahun 1989. Dia bersama grup musiknya Rastafara memopulerkan istilah "rambut gimbal" (gaya rambut dreadlock) di Indonesia lewat lagu dengan judul yang sama pada tahun 1996. Tony Q telah menjadi ikon musik reggae Indonesia. Dia dianggap sebagai pelopor reggae di Indonesia, karena dia tak hanya berkecimpung di ragam tersebut sejak lama, namun juga mengembangkan karakter musik reggaenya sendiri, dimana dia memasukkan banyak unsur tradisional Indonesia ke musiknya, dan mengangkat tema-tema khas Indonesia dalam musiknya. 
Kehidupan pribadi
Tony Q adalah seorang lulusan STM Perkapalan di Semarang. Sebelum terjun ke dunia musik, pada tahun 1980 Tony Q pernah bekerja selama enam bulan di bagian quality control (pengendalian mutu) di sebuah pabrik pengalengan milik perusahaan Singapura di Cakung, Jakarta Timur. Namun kemudian dia meninggalkan pekerjaan tersebut dan memilih untuk menjadi pengamen di jalanan dan seorang musisi, menghadapi tentangan keras keluarganya. Dia sempat menjadi pengamen selama lima sampai enam tahun di daerah Blok M, Jakarta. [2]
Karier musik

Menurut wawancara dengan Tony Q di Radio Nederland Wereldomroep, sebelum terjun di musik reggae, dia pernah memainkan blues, rock, bahkan musik country. Tahun 1989 dia akhirnya memilih menekuni musik reggae yang menurutnya tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat. Tony Q mengaku sangat mengidolakan Bob Marley, almarhum musisi reggae kenamaan asal Jamaika.
Bersama Rastafara
Tony Q memulai karier musik reggaenya sejak tahun 1989 dengan grup musik Roots Rock Reggae. Biasa manggung dari kafe ke kafe atau acara pentas musik yang ada di Jakarta. Setelah tergabung dengan banyak band reggae seperti Exodus dan Rastaman, akhirnya pada tahun 1994 dia membentuk grup musik Rastafara yang menjadi cukup terkenal sebagai pengusung aliran musik reggae di Indonesia saat itu. Bersama Rastafara dia sempat merilis dua album, yaitu "Rambut Gimbal" (1996) dan "Gue Falling In Love" (1997).
Hampir semua lagu dalam album tersebut diciptakan Tony Q, dengan lirik lagu yang banyak bertema sosial, kemanusiaan, cinta, dan kehidupan masyarakat sehari-hari. Salah satu lagunya yang populer adalah "Rambut Gimbal", sebuah istilah untuk gaya rambut dreadlock yang kerap digunakan oleh pengikut Gerakan Rastafari, yang kemudian secara tidak langsung dijadikan istilah dalam bahasa Indonesia yang menjadi populer karena lagu tersebut.
Rastafara saat itu dinilai berbeda dengan grup musik reggae lainnya karena mereka berhasil memasukan dan memadukan unsur-unsur musik dan instrumen tradisional khas Indonesia ke dalam musiknya sehingga terbentuklah musik reggae ala Indonesia yang bisa terlepas dari bayang-bayang musik reggae negara lain seperti Bob Marley, UB40 atau Jimmy Cliff. Penggunaan alat-alat musik tradisional seperti Kendang Sunda atau Gamelan Jawa ikut menambah warna musik dalam lagu-lagu Rastafara. Dan pada aransemen musiknya sepintas juga terlihat unsur-unsur musik Melayu, musik khas daerah Sumatera Utara, atau Sumatera Barat.
Pada tahun 1997 Rastafara memutuskan untuk vakum dalam musik karena kurangnya pasar musik reggae di Indonesia. Tony Q kemudian melanjutkan kariernya dengan membentuk band baru dengan tetap membawa nama Rastafara. Tahun 1998 terbentuklah Tony Q & New Rastafara, dengan format band mendapat pemain tambahan. Tetapi kemudian tahun 2000 Tony Q memutuskan untuk memulai karier solo dengan tetap membawa nama grup musik yang telah membuatnya dikenal oleh para penggemarnya, yaitu Tony Q Rastafara.
Karier musik solo
Tahun 2000 Tony Q yang sekarang dikenal dengan nama Tony Q Rastafara berhasil merilis album solonya yang pertama, "Damai Dengan Cinta" tanpa dinaungi perusahaan rekaman. Pada album solo pertamanya ini Tony Q mulai mengalami puncak kariernya dalam musik reggae. Setelah mendengar album pertamanya tersebut, seorang profesor di bidang musik dari Kanada memberikan Tony Q referensi untuk mengirimkan demo untuk ikut dalam ajang Bob Marley Festival di Amerika Serikat. Pihak penyelenggara festival tersebut menyukai lagu-lagu yang ada di demo tersebut dan kemudian mengundang Tony Q untuk tampil diacara yang sama pada tahun 2002. Namun keberangkatan Tony Q beserta rombongannya ke festival tersebut terpaksa batal karena mereka tidak mendapat izin visa dari Kedutaan Amerika dikarenakan alasan keamanan terkait terjadinya "Peristiwa 9/11" di Amerika Serikat yang terjadi berdekatan dengan rencana keberangkatan Tony Q.
Tahun 2003 Tony Q Rastafara merilis album solonya yang kedua berjudul "Kronologi". Lagu dalam album tersebut merupakan kumpulan dari beberapa lagu dari album-album Tony Q sebelumnya dan juga beberapa lagu yang belum sempat dirilis. Tahun 2005 Tony Q merilis album "Salam Damai". Dalam album ini Tony Q mencoba menggabungkan musik reggae dengan unsur instrumen tradisional Indonesia. Dalam album tersebut terdapat lagu dengan lirik bahasa Sunda ("Paris Van Java") dan Jawa ("Ngajogjakarta") yang semakin menambah kental unsur tradisional Indonesia dalam musik reggae.
Pada tahun 2005 lagu "Pat Gulipat" dari album solo pertamanya "Damai Dengan Cinta", masuk ke dalam album kompilasi musik "Reggae Playground" yang dirilis bulan Februari 2006 di bawah perusahaan rekaman Putumayo World Music, sebuah label rekaman yang berbasis di New York, AS.
Tahun 2009 Tony Q merilis album "Presiden" dalam rangka maraknya Pemilu 2009 di Indonesia. Menurut Tony Q, album ini dirilis untuk memberikan wacana ke masyarakat penggemar musik reggae supaya tahu bagaimana menyikapi kondisi politik saat itu. Musik dalam album ini kembali menghadirkan unsur tradisional Indonesia seperti kendang Sunda, gamelan, sitar Jawa, tamburin, bahkan trompet reog.
Prestasi
Headliners “Bob Marley Festival”. Houston TX, Amerika Serikat (2002)
Invitation “Legend of Rasta Reggae Festival”. Houston TX, Amerika Serikat (2003-2005)
Putumayo World Music Album Compilation, “Reggae Playground” – single “Pat Gulipat” (2006).


Pada tahun 2005 lagu "Pat Gulipat" dari album solo pertamanya "Damai Dengan Cinta", masuk ke dalam album kompilasi musik "Reggae Playground" yang dirilis bulan Februari 2006 di bawah perusahaan rekaman Putumayo World Music, sebuah label rekaman yang berbasis di New York, AS.


Sumber :
http://www.seruu.com/

Peter Tosh Sang Legenda Dewa Gitar dari Jamaika

Keinginannya untuk mendalami seni musik terus berkembang, hingga ia bertemu dengan dua orang teman kecilnya (Bob Marley dan Bunny Livingston) dan kemudian mulai belajar bernyanyi dan gitar bersama pada Joe Higgs yang merupakan salah seorang musisi yang cukup terpandang pada saat itu di kota Trenchtown, Jamaika. Keinginannya ini tidak menghentikan langkahnya untuk menjadi salah satu gitaris paling mahir diseluruh pulau Jamaika.


Peter Tosh yang terlahir dengan nama Winston Hubert McIntosh, pada 19 Oktober 1944. Merupakan salah seorang musisi Reggae Jamaika dan ia juga merupakan salah satu pendiri dari band The Teenagers yang kemudian menjadi The Wailing Rudeboys, kemudian The Wailing Wailers dan kemudian menjadi The Wailers. Ia terlahir di Petersfield Jamaika, sejak kecil Winston dibesarkan oleh bibinya dengan bakat musik yang besar. Ketertarikannya terhadap musik dimulai dari mendengarkan lagu-lagu yang sering didengarnya dari beberapa stasiun radio Amerika, salah satunya New Orleans yang sering sekali mereka dengarkan. Stasiun radio tersebut menyiarkan lagu-lagu terbaru dengan artis seperti Ray Charles, Fats Domino, Curtis Mayfield dan Brook Benton dan juga sangat memperhatikan salah satu kelompok vokal kulit hitam seperti Drifters yang pada saat itu sangat populer di Jamaika.

Ketika kemudian ditanya apakah ia ingat pertama kali ia belajar bermain gitar, instrumen yang kemudian membuatnya menjadi terkenal, Tosh mengatakan,"Aku hanya satu kali melihat ibuku bermain gitar dan ia memainkan gitarnya dengan baik, itu membuat saya begitu tertarik dengan alat musik gitar”. “Saat itu saya bisa terduduk di depannya selama sekitar setengah hari, walaupun ia hanya memainkan satu buah lagu”. “Dalam setengah hari itu, dia telah menghipnotis saya”. “Hingga mata saya tidak berkedip dengan segala yang telah dilakukan dengan jari-jarinya, aku langsung mengambil gitar dan memainkan lagu yang baru saja ia mainkan”. “Dan ketika itu aku memintanya untuk mengajarkan aku, itu pertama dan terakhir yang bisa aku ceritakan tentang dia" (Stepping Razor, hal 143). (A.H Khalidi)
Pada tahun 1956, Winston dan bibinya pindah ke Denham Kota di Kingston, ibukota Jamaika. Ketika Winston berusia  15 tahun bibinya meninggal. Ia pindah dengan pamannya di West Road di  Kota Trench Town. Bersamaan dengan perkembangan di masa kecilnya, Winston yang akhirnya dipanggil Peter Tosh terus mengembangkan keahlian musiknya bersama dua temannya. Trio musisi muda ini sering memainkan musik bersama di sudut jalan di seputar perkampungan kumuh lingkungan tempat tinggalnya  Kota Trenchtown di Jamaika.

Setelah berganti-ganti nama band kemudian terbentuklah The Wailing Wailers, dengan bantuan Joe Higgs yang merupakan pengajar atau guru musik mereka untuk menyelaraskan vokal dan juga aransemen musik. Sepanjang tahun 1962, ia membantu mengharmoniskan The Wailing Wailers. Peter Tosh, Bob Marley dan Bunny Livingston, dengan bantuan Junior Braithwaite serta penyanyi latar Beverley Kelso dan Cherry Smith. Dengan irama musik Mento, Ska dan dipadukan dengan Rocksteady, para rude boy ini meraih sukses besar dengan lagu single pertama mereka yang berjudul Simmer Down juga beberapa single lainnya. Sebelum Braithwaite, Kelso dan Smith meninggalkan band tersebut di akhir tahun 1965.

Setelah The Wailing Wailers vacuum, Tosh meneruskan karir bermusiknya dengan ikut nge-jam di beberapa band. Misalnya Toots and Maytals, The Soul Survivors, Soul Syndicate, The Mighty Viking, Skatalities dan lainnya. Dalam pengembaraannya akhirnya ia bergabung dengan penghayat Ras Tafaria dan masuk ke dunia spiritual. Ketika Bob Marley kembali ke Jamaika di awal 1967 dari Amerika, Tosh, Bunny dan Rita Marley istri Bob mengajak Marley ikut menjadi penghayat Ras Tafaria. Tak lama kemudian mereka mengganti nama band, dari  The Wailing Wailers menjadi The Wailers, dengan ketertarikan dalam musik dan spiritualitas yang baru.
 Ketika Bob Marley kembali ke Jamaika di awal 1967 dari Amerika, Tosh, Bunny dan Rita Marley istri Bob mengajak Marley ikut menjadi penghayat Ras Tafaria. Tak lama kemudian mereka mengganti nama band, dari  The Wailing Wailers menjadi The Wailers, dengan ketertarikan dalam musik dan spiritualitas yang baru. Tosh menjelaskan kemudian, bahwa mereka memilih nama The Wailers dengan makna meratap yang berarti band ini dibentuk untuk menyampaikan duka, seperti yang ia katakan, "Mengungkapkan perasaan kami tentang kondisi Jamaika dengan lebih vokal". Lalu mengubah tempo musik mereka dari Mento, Rude Boy, Ska, Rocksteady yang cepat, menjadi diperlambat dengan sebutan Reggae. The Wailers memulainya dengan lirik-lirik lagu yang sarat dengan pesan-pesan perjuangan, pujian, jeritan kaum tertindas dan penderitaan buruh paksa, permasalahan sosial dan politik, humanistik, universal, pesan damai dan cinta dan harapan kembali ke Afrika.

The Wailers juga sempat merekam beberapa lagu dari penyanyi kelahiran Amerika Johnny Nash sebelum bekerja sama dengan produser Lee Perry, beberapa lagu yang cukup terkenal di antaranya. Bersama Aston "Family Man" Barrett dan Carlton Barret atau yang biasa dikenal dengan The Barret Brothers yang ikut bergabung dengan The Wailers. Band ini menandatangani kontrak rekaman dengan Chris Blackwell, Island Records dan merilis debut single mereka Catch a Fire yang berasal dari kata Catch Hell di awal 1972. Lalu pada 13 April 1973, Catch a Fire keluar dalam bentuk album yang beirisi sembilan buah lagu, direkam pada Island Records mereka langsung meraih kesuksesan pada album perdananya. Dalam album ini Peter Tosh menjadi vokal utama dalam beberapa lagu, Stop That Train dan 400 Years. Pada tahun yang sama dirilis pula album kedua mereka Burnin’, yang berisi 10 lagu. Dalam album ini Tosh mengisi vokalnya pada lagu Get Up Stand Up dan One Foundation. Namun saat akan tur album kedua mereka ke Amerika, Bunny memutuskan untuk tidak ikut serta dan mengambil keputusan untuk mengundurkan diri dari The Wailers. Untuk sementara posisinya digantikan oleh guru mereka Joe Higgs. Selanjutnya Tosh pun mengikuti jejak langkah Bunny, setelah pulang dari tur bersama The Wailers ia pun mengundurkan diri. Trio rude boy akhirnya memilih jalannya masing-masing

Sumber :
http://www.seruu.com/

Tugu Tani dan Istana Merdeka Jadi Lokasi Tahlil Massal dan Tabur Bunga untuk Korban Xenia Maut

Jakarta, Pasca insiden kecelakaan maut di Jalan Ridwan Rais, dekat Tugu Tani, Jakarta Pusat, Minggu (22/01). Warga Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, dan keluarga korban kecelakaan maut, berencana akan mengadakan tahlil massal dan tabur bunga.
Ini dilaksanakan guna mengenang sekaligus mendoakan kepada para korban yang meninggal dunia akibat di seruduk mobil Xenia maut. Para warga yang ikut prihatin dengan kejadian ini, berinisiatif untuk menggelar malam tujuh hari pasca kejadian naas tersebut.

Tahlil Massal dan tabur bunga ini akan dilaksanakan pada hari Minggu (29/01), dengan rute dimulai dari Tanah Tinggi, Istana Merdeka, Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN), dan kembali ke Tugu Tani. Aksi tersebut akan diakhiri dengan tabur bunga di halte bus Tugu Tani.


Sumber :
http://www.seruu.com/

Jessica Cox 25 Tahun, Seorang Pilot Yang Tidak Mempunyai Lengan

Amazing and wonderful story
Oxford and Cambridge have now decided to remove the words CAN'T and IMPOSSIBLE from their dictionary.
Jessica Cox, 25, a girl born without arms, stands inside an aircraft. The girl from Tucson , Arizona got the Sport Pilot certificate lately and became the first pilot licensed to fly using only her feet.  Jessica Cox of Tucson was born without arms, but that has only stopped her from doing one thing: using the word "can't."
Her latest flight into the seemingly impossible is becoming the first pilot licensed to fly using only her feet.
With one foot manning the controls and the other delicately guiding the steering column, Cox, 25, soared to achieve a Sport Pilot certificate Her certificate qualifies her to fly a light-sport aircraft to altitudes of 10,000 feet.
"She's a good pilot. She's rock solid," said Parrish Traweek, 42, the flying instructor at San Manuel's Ray Blair Airport .    Parrish Traweek runs PC Aircraft Maintenance and Flight Services and has trained many pilots, some of whom didn't come close to Cox's abilities.
"When she came up here driving a car," Traweek recalled, "I knew she'd have no problem flying a plane."
        
Doctors never learned why she was born without arms, but she figured out early on that she didn't want to use prosthetic devices.    So, the next time you are ready to tell yourself, "I can't possibly..." remember this amazing young woman and change your vocabulary. 


Sumber :
http://www.truthorfiction.com/

Terjemahkan Ini :
http://translate.google.co.id/

Selasa, 24 Januari 2012

Waduh, Setiap Konser Katy Perry Cium Cowok

Konser Katy Perry di Sentul International Convention Center (SICC), Kamis (19/1/2012) lalu sempat menjadi perbincangan hangat karena aksinya mencium seorang pria bernama Adry. Sontak saja, kabar itu pun langsung beredar di sejumlah media lokal hingga internasional.
Ternyata, aksi Katy mencium penonton itu tak hanya dilakukan di Indonesia saja. Saat menggelar konser di Filipina, Ia pun memilih seorang cowok bernama Ivan Dorschner dan menciumnya sebelum menyanyikan lagu' I Kissed A Girl', seperti dikutip dari harian Philippine Star, Selasa (24/01).

Saat konser "California Dreams Tour" di Brazil, Katy juga pencium seorang penonton bernama Julio Beija. Di Indiana, Katy juga mencium seseorang bernama Jon Fisher.

Sederet nama tersebut hanyalah diambil dari beberapa tempat konsernya saja, sedangkan di beberapa negara dan kota lainnya ternyata juga seperti itu. Hal unik lainnya adalah Katy selalu menggunakan cara dan busana yang sama di berbagai tempat.

Namun, Perry, yang baru mengumumkan berpisah dari suaminya Russell Brand akhir Desember kemarin, tak mau ciuman di panggung itu diartikan macam-macam.

“Omong-omong, aku mencium seorang pria. Yang kupilih secara acak di antara penonton. Kucium pipinya. Itu menjadi bagian dari pertunjukkan di 125 konser saya.” Ucap Katy di akun Twitternya.


Sumber :
http://www.seruu.com/

Kisah Hidup Bob Marley Segera Difilmkan

Film tentang bintang reggae Bob Marley akan diputar di Festival Film Internasional Berlin pada Februari nanti. Kantor berita Prensa Latina pada Senin (23/1) menyebutkan film tersebut adalah yang pertama berkisah tentang kisah hidup serta warisan dari musisi yang terkenal dengan rambut gimbalnya itu.
Film dokumenter "Marley" digarap sutradara Kevin MacDonald. Menurut majalah online United Reggae, MacDonald dipercaya dan diberikan wewenang oleh keluarga Marley untuk mengakses informasi sebanyak-banyaknya untuk pembuatan film. MacDonald juga akan mengunjungi negara yang pernah dijajaki Marley seperti Uganda, Kenya, India, dan Jepang.

Kunjungan ke beberapa negara itu bertujuan memberikan gambaran tentang dampak global dari pekerjaan yang Marley lakukan semasa hidupnya. MacDonald sendiri mengaku tertarik mengekspos kehidupan filosofi musisi reggae yang meninggal pada usia 36. Pasalnya setelah meninggal, dampak yang ditimbulkan Marley masih berasa.

Marley memiliki nama lengkap Robert Nesta Marley lahir pada 6 Februari 1945 di Jamaika Utara. Ia anak dari pasangan pria berkulit putih asal Inggris dan wanita berkulit hitam asal Jamaika. Dia pindah ke Kingston, dimana mulai membuat musik dengan Bunny Wailer dan Peter Tosh. Ia selanjutnya memmbentuk grup The Wailers Ratapan. 


Sumber :
http://www.seruu.com/

Senin, 23 Januari 2012

Kesempatan Berkarir Menjadi KADET PENERBANGAN

Info Pekerjaan :

Kesempatan Berkarir Buat Manteman Reggaeman Yang Mau Jadi Pilot.

Kesempatan Berkarir Menjadi KADET PENERBANGAN
Lion Air Dan Wings Air Mencari Calon Penerbang Untuk Dilatih Di Wings Flyings School
Biaya Ditanggung (GRATIS).


Dengan Persyaratan :
-Pria
-Warga Negara Indonesia
-Usia Min 18th Dan Max 23th Belum Menikah
-Lulusan SMA IPA Dan SMK (Penerbangan , Listrik , Mesin)
-Nilai Ijazah Min 7 Untuk Mata Pelajaran Matematika Dan Fisika 
 Dan 8 Untuk Mata Pelajaran Bahasa Inggris Dan / Atau Rata-rata 
 Nilai Rapor Kelas X-XII Min 7 Untuk Mata Pelajaran Matematika 
 Dan Fisika Dan 8 Untuk Mata Pelajaran Bahasa Inggris.
-Tinggi Badan Min 165cm Dengan Berat Badan Profesional


Info Lebih Lanjut :
E-mail : recruitment@lionair.co.id
Website : http://www.lionair.co.id


Sumber
http://www.lionair.co.id/

Jumat, 13 Januari 2012

Tentang Bekasi Reggae Community

Awal Mula Berdirinya Bekasi Reggae Community
Since 15 Agustus 2011
Yang Awalnya Diberi Nama  
Bekasi Reggae Facebook
Di Buat Di Sebuah Group & Fan Page Facebook Oleh :
Wawan ( Doel )
Angga ( Lawe )
Riyan ( Bhatoks )

Yang Bertujuan Untuk Menggumpulkan Teman-teman Sesama Pecinta & Komonitas Musik Reggae Di Indonesia Terutama Di Kota Bekasi,
Untuk Menjaga, Menjalin Talisilahturahmi & Kekeluargaan Sesama Pecinta & Komunitas Musik Reggae Di Indonesia.
Hingga Sekarang Dibuat Blogger Yang Diberi Nama  
Bekasi Reggae Community,
Dengan Tujuan Yang Masih Sama Seperti Group & Fan Page
Bekasi Reggae Facebook.

Dan Kami Ber Tiga (3) Pun Sepakat Untuk Membantu Teman-Teman Dari Musisi Reggae Yang Ingin
Mempromosikan Band Mereka Melalui Jejaring Sosial Dari Group, Fan Page Facebook Dan Twitter Maupun Blogg BRC Dengan Menampilkan Profile Band Serta Link, Web site Band Mereka.


Karena Kami Mempunyai Tujuan Yang Sama Seperti Teman-teman Pecinta Dan Komonitas Reggae Indonesia Ingin Membantu Teman-teman Musisi Reggae Untuk Mewariskan Musik Reggae Dan Menebarkan Virus-virus Reggae Kepada Masyarakat Indonesia Untuk Memperkenalkan Musik Reggae Indonesia Terutama Bekasi.
One love One heart.

Base Camp Bekasi Reggae Community :
Perum Permata Reggaensi Tambun - Bekasi
CP :
Wawan ( Doel ) :
Angga ( Lawe ) :
Riyan ( Bhatoks ) :